Stress
Stress adalah bentuk ketegangan
dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi
kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas
menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah
sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan
stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Pengertian coping dan jenis-jenis
stress coping (koping) stress
Strategi coping merupakan suatu
upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan akibat masalah yang
dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif untuk dilaksanakan
adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi
menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan
folkman).
Jenis-jenis Koping Stress
a. Koping psikologis
pada umunya gejala yang ditimbulkan
akibat stress psikologis tergantung pada dua factor, yaitu:
1. bagaimana persepsi atau penerimaan
individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan
individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
2. keefektifan strategi koping yang
digunakan oindividu, artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang
digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menghasilkan suatu
pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosial
yang biasa dilakukan individu dalam
psiko-sosial adalah menyerang, menarik diri, dan kompromi.
1. perilaku menyerang
Individu menggubakan energinya untuk
melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya.
Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun
destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau
objek dapat berupa benda, barang, orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri.
Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam,
dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan yang konstruktif adalah upaya
individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan
kata-kata terhadap rasa ketidaksenangannya.
2. perilaku menarik diri
Menarik diri adalah perilaku yang
menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik
dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi
sumber stressor. Misalnya: individu melarikan diri dari stress, menjauhi sumber
beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologois individu
menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat
yang menetap pada individu.
3. Kompromi
Kompromi adalah merupakan sikap
konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya
kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi, secara umum kompromo dapat mengurangi ketegangan
dan masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara koping dengan mekanisme
pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense
mechanism sebagai salah satu jenis koping (lazarus, 1976). Ahli lain melihat
antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda.
(harber dan runyon, 1984).
Jenis-jenis
koping yang konstruktif dan positif (sehat)
Jenis-jenis koping yang konstruktif
atau positif (sehat) Harmer dan Ruyon (1984), menyebutkan jenis-jenis koping
yang dianggap konstruktif yaitu:
1. Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kognitif untuk
mengeksplorasi berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian
memilih salah satu alternative yang dianggap paling menguntungkan.individu
secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan
persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternative-alternatif pemecahannya,
kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan resiko kerugiannya
paling kecil dan keuntungannya yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara
komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran,dan penalaran maupun
tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara
pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan.
Kemampuan untuk melakukan koping jenis obyektifitas mensyaratkan individu yang
bersangkutan memiliki kemampuan mengelola emosinya sehingga individu mampu
memilih dan membuat yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian
secara penuh pada persoalan yang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu
untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak
individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian
mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat
persoalan yang menjadi semakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik
emosional yang menjadi pemicu strss dengan cara mengekspresikan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara
yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. menjadi assertif tidak sama
dengan tindakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikiran
oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati dengan pemikiran dan
perasaan orang lain. dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai
banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan
introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses
kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku,motif,cirri,
sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri
yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memiliki kemampuan
untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri
yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan
latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan
mempertajam untuk melakukan pengamatan diri.
Sumber
Komentar
Posting Komentar